Bagi orang-orang yang mengikuti kalender liturgi gerejawi, Pentakosta umumnya dipandang sebagai momen klimaks Masa Paskah. Dalam Kisah Para Rasul 2, Roh Kudus datang dengan kemeriahan yang luar biasa kepada sekelompok kecil orang percaya yang berkumpul dan berdoa di Ruang Atas. Keributan itu menarik perhatian penduduk setempat, dan dalam satu hari, tiga ribu orang percaya kepada Yesus. Akan tetapi, meskipun hari raya Pentakosta memberikan tanda seru pada 50 hari sebelumnya dalam kalender Kristen, hari Kenaikan Yesus Kristus memberikan kita refleksi yang dibutuhkan, yang tanpanya hari Pentakosta tidak akan berarti apa-apa.
Kisah Para Rasul 2 kehilangan banyak maknanya tanpa Kisah Para Rasul 1.
Pasal pertama dari Kisah Para Rasul mencatat percakapan tatap muka terakhir dari para pengikut-Nya dengan Yesus. Mereka mengajukan pertanyaan penting dalam Kisah Para Rasul 1:6, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Itulah pertanyaan yang masih kita ajukan hingga hari ini seraya kita berupaya menyelaraskan pengalaman kita saat ini dengan apa yang kita yakini telah dilakukan Tuhan di masa lalu dan akan dilakukan-Nya di masa depan.
Sebelum penyaliban, murid-murid yang sama belum memahami kematian dan kebangkitan Yesus yang akan datang. Sepanjang jalan ke Emaus setelah kebangkitan-Nya, Dia menghubungkan titik-titik antara Perjanjian Lama dan kematian-Nya (Luk. 24:13–27). Jadi, masuk akal jika murid-murid yang sama ini ingin mendapatkan sedikit kejelasan tentang langkah selanjutnya setelah kebangkitan-Nya. Masuk akal jika kadang-kadang kita masih melakukan hal yang sama.
Namun, Yesus tidak menjelaskan rinciannya kepada mereka dalam Kisah Para Rasul 1. Sebaliknya, dalam ayat-ayat berikutnya, Dia menjanjikan sekali lagi tentang datangnya Roh Kudus, yang akan memperlengkapi mereka untuk menjadi para saksi-Nya di “Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke ujung bumi.” Alih-alih menjelaskan rincian tentang apa yang terjadi selanjutnya, Yesus menggunakan bahasa yang mengingatkan mereka (dan kita) akan instruksi-Nya beberapa hari sebelumnya di sebuah gunung di Galilea, yang tercatat dalam Matius 28.
Amanat Agung
Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Matius 28:18-20
Pergilah dan jadikanlah murid ke mana saja, Yesus memberi mereka amanat penting ini. Dia mengulangi versi ini dalam Kisah Para Rasul 1:8 dalam perkataan terakhir-Nya secara langsung kepada para murid-Nya sebelum Ia naik ke surga. Misi mereka adalah untuk membawa kabar baik tentang Yesus ke seluruh penjuru bumi. Itu adalah instruksi terakhir-Nya. Dan kita mengklaimnya sebagai misi kita hingga hari ini.
Perintah ini sangat penting karena pelayanan Yesus sendiri di bumi sangat terpusat. Pada saat kenaikan-Nya, Dia telah membawa kabar baik tentang diri-Nya hanya pada sekitar 0,03 persen dari daratan Bumi yang dapat dihuni. Pelayanan-Nya meliputi wilayah yang sangat kecil di dunia yang sangat luas. Namun, Dia meninggalkan sekelompok pemungut cukai dan nelayan yang saling bertikai ini, yang berhamburan saat ketakutan dan tampaknya tidak mampu memahami aspek paling mendasar dari kabar baik Yesus, untuk menginjili 99,97 persen bagian dunia yang dapat dihuni. Dilihat sekilas, ini tampaknya cukup berisiko.
Pengutusan Pertama
Meskipun kita menyebut pengutusan Yesus dalam Matius 28, yang ditegaskan dalam Kisah Para Rasul 1:8, sebagai Amanat Agung, itu bukanlah amanat pertama Allah kepada anak-anak-Nya. Amanat Yesus kepada para pengikut-Nya sebelum Dia naik ke surga mengingatkan pada amanat atau perintah pertama yang diberikan Allah kepada umat manusia.
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Kejadian 1:28
Dalam Kejadian 1, Allah pada dasarnya menugaskan Adam dan Hawa untuk melakukan apa yang baru saja Dia lakukan pada saat Penciptaan. Itu adalah panggilan yang mulia, untuk pergi sebagai penyandang gambar-Nya ke dunia yang baru terbentuk dan meneladani apa yang telah Dia lakukan, seperti gambar fraktal yang lebih kecil dan mencerminkan kreativitas dan karakter Tuhan Yang Maha Esa yang Sejati di seluruh ciptaan. Mereka tidak dapat menciptakan ex nihilo, dari ketiadaan, seperti yang dilakukan Allah, tetapi mereka dapat menciptakan berdasarkan apa yang telah dilakukan-Nya.
Adam dan Hawa berdosa serta diusir dari Taman Eden sebelum kita dapat melihat misi mulia ini terlaksana. Mereka diutus, tetapi tidak dalam kesempurnaan sebagaimana yang Allah ciptakan. Selain pernyataan Allah tentang kedatangan-Nya yang akan mengalahkan Iblis dalam Kejadian 3:15, semua kemuliaan panggilan dalam Kejadian 1 dan 2 tampak hilang.
Dalam Kisah Para Rasul 1, Yesus berdiri sebagai penggenapan protoevangelium, pandangan pertama Injil, dalam Kejadian 3:15. Meskipun Iblis memacu adrenalin Yesus, pada kenyataannya, Yesus telah memberikan pukulan telak di kepala Iblis melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Kerajaan Allah sudah dekat. Penebusan sudah dekat dan sedang terjadi. Kemudian, serupa dengan apa yang Tuhan lakukan dalam Kejadian 1, Yesus mengutus para murid-Nya untuk menyampaikan pesan tentang Raja dan kerajaan yang baru ini ke seluruh dunia. Pada dasarnya Yesus berkata, “Pesan yang baru saja kamu lihat Aku ajarkan di Yerusalem, Galilea, dan Betania… Kalian, para murid, pergilah dan lakukanlah hal itu di seluruh dunia.”
Tuhan berfirman kepada Adam dan Hawa dalam Kejadian 1, “Beranakcuculah.” Yesus menebus amanat ini dalam pembahasan-Nya tentang pokok anggur dan ranting-rantingnya, dengan menjanjikan “buahmu itu tetap” dalam Yohanes 15:16 kepada mereka yang Dia tetapkan untuk melakukan pekerjaan-Nya. Kematian dan kebangkitan Kristus menyelesaikan penebusan panggilan mulia untuk membawa gambar Allah ke dalam dunia, yang telah terhilang saat kejatuhan manusia.
Lalu Yesus kembali ke surga.
Kenaikan
Berapa lama para murid berdiri menatap Yesus ke langit? Saya yakin mereka bertanya-tanya apa yang harus mereka lakukan selanjutnya, bingung dengan jawaban Yesus yang samar-samar dalam Kisah Para Rasul 1:7 atas pertanyaan mereka tentang kapan kerajaan itu akan datang— “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.”
Murid-murid ini sepenuhnya bergantung secara rohani kepada Yesus selama kehidupan-Nya di bumi, namun Dia mengharapkan mereka untuk membawa Injil ke seluruh dunia. Masuk akal kalau mereka menatap-Nya, saya rasa dengan kebingungan dan kekhawatiran di wajah mereka, sampai membutuhkan malaikat untuk akhirnya memberi tahu mereka agar berhenti menjulurkan leher untuk memandang ke atas. Bagaimana mungkin dengan kekuatan sendiri mereka dapat mengerjakan tugas monumental yang telah Ia tugaskan kepada mereka? Pastinya Dia akan segera kembali.
Sungguh suatu momen pengudusan iman bagi sekelompok kecil orang percaya ini! Yesus memberi tahu mereka dalam Yohanes 14:18 bahwa Dia tidak akan meninggalkan mereka sebagai yatim piatu, bahwa seorang Pembela, Penghibur, atau Penasihat (tergantung pada terjemahan Alkitab Anda) akan datang untuk mengingatkan mereka tentang semua ajaran-Nya dan memperlengkapi mereka dengan cara yang bahkan lebih baik daripada berjalan dan berbicara dengan-Nya secara langsung. Namun Yesus telah pergi, dan belum ada satu pembela pun yang datang.
Murid-murid yang sama ini mengalami ujian iman yang berat beberapa minggu sebelum penyaliban Yesus, dan sebagian besarnya gagal dalam ujian tersebut. Tidak ada seorang pun yang gagal yang lebih menyedihkan daripada Petrus. Namun setelah Yesus bangkit dari kematian, Dia telah mendidik Petrus kembali. Sekarang, di Ruang Atas setelah kenaikan Yesus tetapi sebelum kedatangan Roh Kudus, Petrus memimpin rombongan para murid dalam iman yang tekun seraya mereka menunggu dan berdoa.
Meskipun Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2 menandai pengurapan dan pembekalan dari Roh Kudus kepada para murid untuk melakukan pekerjaan nyata dalam menyebarkan Injil ke seluruh wilayah, hari-hari sekitar Kenaikan menjadi rintangan besar bagi para murid untuk tetap memiliki iman yang kuat. Dan hal ini menyoroti pekerjaan mulia yang menjadi panggilan bagi mereka dan kita. Seperti yang dilakukan Allah dalam Kejadian 1, Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk pergi dan melakukan di seluruh dunia apa yang telah Dia lakukan secara lokal, memajukan kerajaan Allah menurut gambar Allah. Kemudian Yesus kembali ke surga dan meninggalkan kita yang tampaknya sendirian untuk menyelesaikan sesuatu yang mustahil.
Kita hari ini duduk merenungkan Kenaikan, dengan para pengikut Yesus berbagi pertanyaan-pertanyaan kita tentang bagaimana kerajaan itu akan terwujud sepenuhnya dan kapan tepatnya Yesus akan kembali. Ketika kondisi pelayanan kita tidak sesuai dengan apa yang kita pikir tentang yang Allah lakukan untuk memajukan kerajaan-Nya, kita juga mungkin mendapati diri kita menatap ke langit, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi dalam rencana Tuhan. Seperti para murid, kita mungkin bertanya seperti apa langkah iman kita selanjutnya ketika kita tidak memahami langkah-langkah yang telah kita lalui sebelumnya. Namun seperti mereka juga, kita dapat aktif dalam melakukan hal-hal yang kita ketahui, ritme doa, penginjilan, dan pemuridan yang mengalir dari Amanat Agung bagi setiap generasi orang percaya.
Saat kita merenungkan kebingungan para murid ketika mereka menunggu, kita memiliki konteks untuk kebingungan kita sendiri. Namun Yesus berkata kepada kita seperti yang Dia katakan kepada mereka, “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.” Kita, seperti mereka, telah ditugaskan untuk melakukan sesuatu yang agung, sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri, tetapi kita juga harus percaya dan melangkah maju tanpa mengetahui jadwal waktu Allah. Namun, kita tidak terbang secara membabi buta dengan kekuatan sendiri.
Allah telah memanggil kita untuk melakukan pekerjaan mulia, yaitu pergi ke segala bangsa dan memuridkan orang lain sebagaimana yang Yesus teladankan bagi kita. Meskipun Yesus kembali ke surga untuk duduk di sisi Bapa, Dia tidak meninggalkan para murid-Nya sebagai yatim piatu untuk menyelesaikan pekerjaan ini sendiri, dan Dia juga tidak meninggalkan kita.
Pentakosta akan tiba.
Wendy Alsup adalah penulis beberapa buku. Karya terbarunya, Is the Bible Good for Women, mengkaji bagian-bagian Alkitab yang menantang melalui sudut pandang yang berpusat pada Yesus. Dia menulis di theologyforwomen.org.
Diterjemahkan oleh Denny Pranolo.